Selasa, 23 Juni 2015

Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik termasuk anemia makrositosis merupakan kelainan sel darah merah (eritrosit) dimana terjadi peningkatan volume eritrosit, dan ditandai oleh banyaknya sel immature besar dan disfungsional yang terjadi di sumsum tulang akibat gangguan pada DNA ataupun RNA dalam sintesis sel darah merah (eritropoiesis). Yang mana gangguan ini menyebabkan terganggunya siklus sel dari fase G2 ke fase M. hal ini menyebabkan gangguan pada proliferasi dan difrensiasi sel-sel progenitor sehingga menyebabkan gangguan morfologi sel eritrosit yang terbentuk.
            Penghambatan sintesis DNA dan RNA pada eritrosit sering kali akibat hipovitaminosis, khususnya defisiensi kobalamn (B12) dan asam folat (B9). Defisiensi asam folat akan menyebabkan terhambatnya sintesis basa nitrogen timin sehingga akan mengganggu sintesis DNA. Selain itu asam folat dengan dihidrofolat reductase dipelukan untuk biosintesis nukleotida purin dan pirimidin. B12 diperlukan sebagai koenzim dalam reaksi re-metilasi homosistein untuk membentuk metionin yang diperlukan untuk metilasi DNA.

            Gejala yang muncul meliputi gejala umum anemia dan gejala akibat defisiensi asam folat dan kobalamin. Gejala umum anemia adalah lesu, lemah, pucat (terutama pada conjunctiva), takikardi, takipneu, dan telinga berdenging. Gejala akibat defisiensi asam folat dan kobalamin adalah hipertrofi gingiva, hipertrofi papilla, neuropati perifer, gangguan kognitif, gangguan memori, depresi, mania dan psikosis. Terdapat juga gejala yang mungkin muncul akibat pendarahan adalah epistaksis, gusi berdarah, melena dan menorrhagia.
            Kekurangan B12 dapat terjadi karena kurangnya pasokan vitamin B12 dari makanan, gangguan transportasi vitamin B12 akibat aklorhidria, defisiensi factor intrinsic, reseksi dan bypass ileum, penyakit celiac. Sedangkan defisiensi asam folat akibat kekurangan asupan, alkoholisme, peningkatan kebutuhan saat kehamilan, malabsorbsi, defisiensi juga dapat terjadi akibat racun dan obat seperti obat antagonis asam folat (metotreksat), sintesis purin antagonis (merkaptopurin), antagonis pirimidin (sitosin arabinosid), fenitonin dan nitrous.
            Terapi dapat diberikan setelah mengetahui penyebab hipovitaminosisnya. Jika defisiensi vitamin disebabkan karena suatu obat, maka konsumsi obat tersebut harus dihentikan. Pasien dengan kekurangan vitamin B12 dan asam folat harus mendapat terapi pengganti asam folar 1 mg/hari. Injeksi intramuscular vitamin B12 (100-1000 mcg/bulan) bagi defisiensi B12. Pasien juga harus menghindari konsumsi alcohol, serta menyembuhkan penyakit yang menjadi penyebab timbulnya gangguan absorbs vitamin tersebut.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar