Selasa, 23 Juni 2015

Anemia

Anemia adalah salah satu penyakit yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Secara sederhana kita dapat mengartikan anemia sebagai gangguan pada sel darah merah (eritrosit) baik mengenai kualitas ataupun kuantitasnya. Masyarakat sering tidak mengetahui bahwa anemia memiliki beberapa jenis, dan setiap jenisnya memerlukan penanganan yang berbeda. Dengan mengetahui jenis-jenis anemia ini kita akan dapat mengetahui penyebab dan melakukan tindakan pencegahan
Secara morfologi (gambaran bentuk sel darah merah/eritrosit di mikroskop) anemia dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama. Klasifikasi/pembagian ini dibuat berdasarkan ukuran sel eritrosit dan kecerahan warnanya saat dilihat di mikroskop. Kecerahan warna eritrosit akan menunjukkan jumlah hemoglobin (Hb) yang dikandungnya. Istilah yang digunakan untuk menyatakan ukuran eritrosit adalah makrositer (jika ukuran eritrosit membesar), normositer (ukuran eritrositnya normal) dan mikrositer (jika ukuran eritrositnya mengecil). Sedangkan untuk warna terdapat hiperkromik (jumlah Hb meningkat),normokromik (jumlah Hb normal), dan hipokromik (jumlah Hb menurun).


   Kelompok pertama adalah anemia hiperkromik makrositer. Kelompok ini mencakup anemia makrositosis (megaloblastik dan non-megaloblastik). Ukuran sel eritrisit membesar dikarenakan sel yang dihasilkan belum matang/sel immature (pada eritrosit, semakin matang/mature sel maka ukurannya akan semakin kecil). Hal ini seringkali akibat defisiensi vitamin B12 dan B9 (asam folat) sehingga mempengaruhi DNA dan RNA eritrosit, menybabkan terganggunya siklus sel dari fase G2 ke fase M. pencegahan adalah dengan memperhatikan konsumsi makanan atau suplemen yang mengandung vitamin B12 dan B9 (asam folat). Kebutuhan B12/hari untuk usia >19 tahun 2,4 mikrogram.  
Kelompok kedua adalah anemia normokromik normositer. Kelompok ini biasanya adalah anemia hemolitik maupun anemia akibat pendarahan(hemoragik). Pada tipe ini ukuran eritrosit yang dihasilkan serta hemoglobin yang dikandungnya dalam keadaan normal, hanya saja usia eritrositnya berkurang (<120 hari). Anemia jenis ini terjadi seringkali akibat respon tubuh yang berlebihan ataupun dapat juga karena infeksi, misalnya pada kasus malaria dan dapat juga tejadi akibat adanya pendarahan (hemoragik), misanya saat kecelakaan. Penanganan penyakit ini dilakukan oleh tenaga medis, dimana obat yang diberikan biasanya untuk menekan kesensitifan leukosit terhadap eritrosit.

Kelompok ketiga adalah anemia hipokromik mikrositer. Kelompok ini mencakup anemia defisiensi besi dan anemia sideroblastik. Pada mikroskop eritrosit akan tampak mengecil dan berwarna pucat. Penyakit ini terjadi akibat kurangnya konsumsi besi sehingga terganggunya pembentukan hemoglobin dan eritrisit (anemia defisiensi besi) ataupun akibat tubuh tidak mampu menggunakan besi yang ada (anemia sideroblastik). Penyakit ini juga dapat terjadi akibat pendarahan misalnya menstruasi, ataupun pada ibu hamil, karena kebutuhan zat besi meningkat. Untuk mencegah penyakit ini diperlukan konsumsi makanan yang mengandung zat besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar