Anemia adalah salah
satu penyakit yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Secara sederhana kita
dapat mengartikan anemia sebagai gangguan pada sel darah merah (eritrosit) baik
mengenai kualitas ataupun kuantitasnya. Masyarakat sering tidak mengetahui bahwa
anemia memiliki beberapa jenis, dan setiap jenisnya memerlukan penanganan yang
berbeda. Dengan mengetahui jenis-jenis anemia ini kita akan dapat mengetahui
penyebab dan melakukan tindakan pencegahan
Secara morfologi
(gambaran bentuk sel darah merah/eritrosit di mikroskop) anemia dapat dibagi
menjadi 3 kelompok utama. Klasifikasi/pembagian ini dibuat berdasarkan ukuran
sel eritrosit dan kecerahan warnanya saat dilihat di mikroskop. Kecerahan warna
eritrosit akan menunjukkan jumlah hemoglobin (Hb) yang dikandungnya. Istilah
yang digunakan untuk menyatakan ukuran eritrosit adalah makrositer (jika ukuran
eritrosit membesar), normositer (ukuran eritrositnya normal) dan mikrositer
(jika ukuran eritrositnya mengecil). Sedangkan untuk warna terdapat hiperkromik
(jumlah Hb meningkat),normokromik (jumlah Hb normal), dan hipokromik (jumlah Hb
menurun).
Kelompok pertama adalah anemia hiperkromik
makrositer. Kelompok ini mencakup anemia makrositosis (megaloblastik dan
non-megaloblastik). Ukuran sel eritrisit membesar dikarenakan sel yang
dihasilkan belum matang/sel immature (pada eritrosit, semakin matang/mature sel
maka ukurannya akan semakin kecil). Hal ini seringkali akibat defisiensi
vitamin B12 dan B9 (asam folat) sehingga mempengaruhi DNA dan RNA eritrosit,
menybabkan terganggunya siklus sel dari fase G2 ke fase M. pencegahan adalah
dengan memperhatikan konsumsi makanan atau suplemen yang mengandung vitamin B12
dan B9 (asam folat). Kebutuhan B12/hari untuk usia >19 tahun 2,4 mikrogram.
Kelompok kedua adalah
anemia normokromik normositer. Kelompok ini biasanya adalah anemia hemolitik
maupun anemia akibat pendarahan(hemoragik). Pada tipe ini ukuran eritrosit yang
dihasilkan serta hemoglobin yang dikandungnya dalam keadaan normal, hanya saja
usia eritrositnya berkurang (<120 hari). Anemia jenis ini terjadi seringkali
akibat respon tubuh yang berlebihan ataupun dapat juga karena infeksi, misalnya
pada kasus malaria dan dapat juga tejadi akibat adanya pendarahan (hemoragik),
misanya saat kecelakaan. Penanganan penyakit ini dilakukan oleh tenaga medis,
dimana obat yang diberikan biasanya untuk menekan kesensitifan leukosit
terhadap eritrosit.
Kelompok ketiga adalah
anemia hipokromik mikrositer. Kelompok ini mencakup anemia defisiensi besi dan
anemia sideroblastik. Pada mikroskop eritrosit akan tampak mengecil dan
berwarna pucat. Penyakit ini terjadi akibat kurangnya konsumsi besi sehingga
terganggunya pembentukan hemoglobin dan eritrisit (anemia defisiensi besi)
ataupun akibat tubuh tidak mampu menggunakan besi yang ada (anemia
sideroblastik). Penyakit ini juga dapat terjadi akibat pendarahan misalnya
menstruasi, ataupun pada ibu hamil, karena kebutuhan zat besi meningkat. Untuk
mencegah penyakit ini diperlukan konsumsi makanan yang mengandung zat besi
untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar