Senin, 27 Juli 2015

Invasi dan Metastasis Sel Kanker

Invasi serta metastasis adalah hal yang ditakutkan dari kanker, hal ini karena dengan kemampuan ini sel kanker dapat merusak jaringan disekitarnya serta dapat menyebar dari suatu tempat ke tempat lain. Umumnya sel kanker dapat bermetastasis melalui jalur pembuluh darah ataupun pembuluh limfe. Kemampuan untuk berinvasi dimiliki baik oleh tumor jinak maupun tumor ganas namun metastasis hanya ditunjukkan oleh tumor ganas.
            Jenjang dalam metastasis ini terbagi menjadi dua fase yakni fase invasi matriks ekstraselular serta penyebaran dan pergerakan sel tumor menuju sasaran melalui pembuluh darah. Invasi matriks ekstraseluler terdiri atas beberapa tahap yaitu terlepasnya sel tumor satu sama lain, melekatnya sel tumor ke komponen matriks, penguraian matriks ekstraseluler, migrasi sel tumor. Terlepasnya sel tumor satu sama lain ini terjadi karena lenyapnya fungsi E-kaderin (lem antarsel).

Kemampuan Menghindari Apoptosis dan Penuaan Sel Kanker

Salah satu penyebab mengapa sel kanker sulit untuk dibasmi oleh system tubuh kita sendiri adalah
karena kemampuannya untuk menghindari kematian maupun penuaan. Kemampuan ini dimiliki akibat adanya mutasi pada sel kanker sehingga kemampuan seperti ini tidak akan dimiliki oleh sel normal. Apoptosis adalah kematian sel terprogram, sedangkan penuaan sel terjadi bersama dengan hilangnya kemampuan proliferasi sel, biasanya sel normal akan kehilangan kemampuan proliferasi setelah 60-70 kali membelah.
            Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sel normal akan mengalami kematian dan hal ini dapat terjadi secara ekstrinsik maupun intrinsik. Maksud dari ekstrinsik ataupun intrinsik tergantung dari mana penyebab pemicu apoptosis apakah dari dalam atau luar sel. Secara ektrinsik sel mempunyai reseptor di membrane sel yang disebut Fas. Bila ada sinyal (Fas-l) yang berikatan dengan reseptornya (Fas) akan memicu aktivasi kaspase 8, kaspase 8 akan mengaktifkan kaspase 3. Kaspase 3 adalah komponen efektor bagi apoptosis.

Self Sufficiency dan Insensitivitas Sel Kanker

Terdapat  enam tanda utama kanker yang biasanya akan dimiliki oleh tumor ganas. Tumor jinak
biasanya memiliki beberapa tanda ini namun bila penanganan yang dilakukan tidak optimal ataupun terlambat, maka tumor jinak dapat bertransformasi menjadi tumor ganas dan memiliki keenam tanda utama kanker ini. Keenam tanda utama kanker ini adalah menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan, insensitivitas terhadap sinyal yang menghambat pertumbuhan, menghindari apoptosis, kemampuan replikasi tanpa batas, angiogenesis berkelanjutan, dan kemampuan berinvasi dan metastasis.
            Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan dapat terjadi dari beberapa proses ( perlu diketahui bahwa proses-proses ini tidak harus terjadi secara keseluruhan ataupun berkelanjutan, yang pasti adalah gangguan dari proses –proses ini dapat memicu menghasilkan sinyal pertumbuhan) yaitu dari segi factor pertumbuhan, sel kanker mampu menghasilkan PDGF dan TGF-α, yang mana kedua factor ini mampu merangsang pertumbuhan dan proliferasi. Dari segi reseptor factor pertumbuhan, sel tumor mengekspresikan lebih banyak reseptor factor pertumbuhan.

Perbedaan Tumor Ganas dan Jinak

Pada artikel kali ini saya akan membahas kapan suatu tumor dikatakan jinak atau ganas dan apa yang membedakannya. Pada umumnya saat seseorang terkena kanker ia akan terkena tumor jinak lalu dapat berlanjut ke tumor ganas atau ke kesembuhan. Perbedaan antara tumor jinak dan ganas terletak pada difrensiasi, laju pertumbuhan, invasi local dan metastasis dari sel tumor. Semakin tinggi tingkat keempat indicator tersebut maka tumor tersebut digolongkan pada tumor ganas.
Selain itu terdapat 6 ciri utama tumor ganas yakni kemampuan menghasilkan sinyal pertumbuhan sendiri, tidak peka terhadap regulasi pertumbuhan, mampu menghindari apoptosis, memungkinkan proliferasi yang tidak terbatas, angiogenesis, serta kemampuan menginvasi dan bermetastasis. Pada difrensiasi, tumor ganas ditandai dengan difrensiasi yang beragam dari sel-sel yang seharusnya sehingga pada sediaan mikroskop akan tampak perbedaan mencolok antara sel tumor dengan sel normal.

Tata Nama dan Pembagian Kanker

Saat ini kanker adalah penyakit yang cukup banyak menyebabkan kematian di berbagai negara, dan terapi untuk penyakit ini tidak mudah hal ini karena kanker bukanlah hanya satu penyakit namun semua sel atau jaringan yang mengalami gangguan pertumbuhan dan proliferasi yang tidak terkendali disebut kanker, sehingga kanker dapat sangat beragam. Menurut wilis kanker adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi dengan pertumbuhan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu pertumbuhan telah berhenti.

            Secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa kanker merupakan massa abnormal akibat sel terus tumbuh dan membelah walaupun sinyal untuk memicu pertumbuhan dan pembelahan telah berhenti/ sel tidak peka terhadap regulasi pertumbuhan. Pada sel normal bila ada sinyal untuk membelah maka ia akan membelah dan bila sinyal berhenti maka sela akan berhenti membelah/ peka terhadap regulasi pertumbuhan. Karena ketidak pekaan inilah sel akan terus bertambah yang menimbulkan munculnya massa jaringan abnormal yang dapat mengganggu daerah/jaringan disekitarnya.

Senin, 06 Juli 2015

Limfoma

Limfoma adalah salah satu keganasan yang terjadi di jaringan limfoid. Secara umum limfoma didefinisikan sebagai kanker yang berasal dari jaringan limfoid yang mencakup system limfatik dan imunitas tubuh. Tumor  ini bersifat heterogen yang ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe, spleenomegali, hepatomegali dan kelainan sumsum tulang. Pada stadium lanjut bias juga dijumpai pada ekstra nodul yang diluar system limfatik dan imunitas, yang sering kali terjadi pada paru-paru, kulit, ataupun saluran pencernaan.
Umumnya limfoma dibagi menjadi 4 bagian besar, yakni limfoma Hodgkin, limfoma nonhodgkin, histisitosis x dan mycosis fungoides. Namun dalam artikel ini hanya membahas mengenai limfoma Hodgkin dan limfoma nonhodgkin. Limfoma Hodgkin diartikan sebagai suatu keganasan yang ditandai dengan adanya sel reed Sternberg. Sel reed Sternberg terdapat pada biopsy kelenjar getah bening. Sel ini berukuran besar, sitoplasmanya sedikit basofilik, memiliki paling sedikit 2 lobus inti, serta memiliki 1 anak inti eosinofilik.

Hipersensitifitas

Dalam kehidupan sehari-hari kasus hipersensitifitas banyak terjadi di sekitar kita, hanya saja masyarakat sering hanya menganggap bahwa hipersensitifitas hanya berupa alergi. Secara umum hipersensitifitas didefinisikan sebagai peningkatan sensitifitas terhadap antigen yang pernah terpajan sebelumnya. Hipersensitifitas dikelompokkan kedalam dua kelompok besar. Pembagian dibagi berdasarkan waktu dan pembagian gell&coombs.
            Menurut waktunya hipersensitifitas dibagi menjadi hipersensitifitas cepat, hipersensitifitas intermediet, hipersensitifitas lambat. Sedangkan berdasarkan gell & coombs, hipersensitifitas dibagi menjadi hipersensitifitas tipe I, hipersensitifitas tipe II, hipersensitifitas tipe III, dan hipersensitifitas tipe IV. Hipersensitifitas tipe I terjadi akibat adanya ikatan antara allergen dengan Ig E. tipe ini terbagi atas 3 fase, yakni fase sensitasi ( pembuatan antibody ), fase aktivasi ( pelepasan mediator kimiawi ) dan fase efektor ( munculnya manifestasi klinis akibat mediator kimiawi ).

Pemeriksaan Indeks Masa Tubuh dan Lingkar Pinggang

Obesitas sering kali tidak disadari seseorang. Masyarakat sering kali menganggap bahwa obesitas terjadi bila perutnya menjadi buncit, padahal bias saja orang yang memiliki postur normal namun mengalami obesitas. Obesitas perlu kita waspadai karena obesitas dapat membuat seseorang berisiko lebih besar terhadap penyakit diabetes tipe 2 maupun penyakit kardiovaskular, hal ini karena obesitas berhubungan dengan peningkatan profil lemak di dalam tubuh.
            Salah satu cara sederhana yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah kita mengalami obesitas atau tidak dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT dapat ditentukan dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan pasien terlebih dahulu. Setelah berat badan dan tinggi diketahui IMT dapat dicari dengan berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m). Nilai normal dapat disesuaikan dengan kriteria yang dibuat WHO tahun 2000. IMT dibagi berdasarkan kawasan yakni IMT Eropa dam IMT Asia.

Menentukan Kebutuhan Kalori Basal

Dalam kehidupan sehari hari, seringkali banyak orang tidak mengetahui kebutuhan energy yang ia butuhkan. Ketidaktahuan ini tentu saja menyebabkan seseorang tidak dapat menentukan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnnya, dan tentu saja bila konsumsi yang dilakukan melebihi kebutuhan maka akan dapat menyebabkan seseorang mengalami obesitas dan bila kekurangan dapat menyebabkan seseorang berpotensi terkena gizi buruk.
            Untuk dapat mengetahui seberapa besar kebutuhan energy yang tubuh kita perlukan maka kita dapat melakukan beberapa pengukuran, yakni dengan mengetahui tinggi badan, umur, dan aktivitas yang kita kerjakan. Mula-mula kita perlu menghitung berat badan ideal(BBI), caranya adalah bagi pria dengan tinggi <160cm dan wanita <150cm, BBI = (tinggi badan(cm)-100)x1kg, dan bagi mereka yang diatas nilai tersebut BBI=0.9x(tinggi badan(cm)-100)x1kg. Setelah mengetahui BBI kita akan mencari nilai kebutuhan kalori basal.

Bantuan Hidup Dasar

Bantuan hidup dasar merupakan pertolongan pertama yang diberikan kepada seseorang yang mengalami penurunan kesadaran. Keterampilan ini sebenarnya sangat penting untuk dikuasai semua orang karena kasus kegawatdaruratan dapat terjadi kapan saja. Bagi seorang dokter, keterampilan ini memiliki nilai kompetensi 4,yang berarti keterampilan ini merupakan hal wajib yang harus dikuasai oleh setiap dokter.

            Pada saat seseorang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba atau ketika kita melihat seseorang dalam keadaan tidak sadar, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memperhatikan keadaan sekitar dan mengutamakan keselamatan pribadi. Lalu pastikan apakah pasien tersebut masih responsive atau tidak dengan memberikan rangsangan nyeri, dan bila pasien tidak responsive dan keadaan sekitar aman, segeralah meminta bantuan masyarakat sekitar atau menghubungi rumah sakit terdekat.

Selasa, 30 Juni 2015

Hemostasis

Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang kita dapat terkena luka dan tentunya tubuh kita memerlukan suatu mekanisme untuk menghentikan perdarahan tersebut agar darah tidak terus menerus keluar. Secara umum hemostasis dapat dikatakan sebagai proses penghentian perdarahan akibat  cederanya pembuluh darah. Gangguan pada mekanisme hemostasis ini dapat menjadi masalah yang serius bila tidak ditangani dengan tepat.
            Dalam mekanisme hemostasis terdapat beberapa tahapan yakni vasokonstriksi pembuluh darah, agregasi trombosit, pembentukan jaringan fibrin, serta fibrinolisis. Saat terjadi pendarahan akibat cedera eksternal maka yang pertama terjadi adalah vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini terjadi akibat adanya serotonin. Agregasi trombosit bermula dari terjadinya adhesi antara trombosit dengan endotel, lalu trombosit yang telah berikatan akan menghasilkan kemoatraktan untuk mengikat lebih banyak lagi trombosit.

Interpretasi Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap adalah salah satu pemeriksaan yang tidak asing lagi. Pemeriksaan ini cukup banyak dilakukan dan berguna untuk mengevaluasi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi, karakteristik sel darah perifer, tingkat hidrasi dan dehidrasi, polisitemia, penyakit hemolitik, ataupun menentukan perlu atau tidaknya kemoterapi. Hal yang terpenting dari hasil laporan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengetahui apa yang terjadi bila nilai yang diperoleh normal ataupun abnormal.
            Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan eritrosit, leukosit, trombosit, MCV, MCH, MCHC, hemoglobin, hematokrit, serta Laju Endap Darah. Pada laporan hasil lab akan disediakan nilai-nilai normal dari masing-masing komponen. Pada pemeriksaan Hb bila nilainya rendah, dapat menandakan anemia, lupus eritematosus, leukemia , konsumsi antikanker, rifampisin, sulfanamid. Hb tinggi dapat terjadi pada kondisi luka bakar, gagal jantung, polisitemia, namun dapat juga merupakan proses fisiologis pada penduduk pegunungan.

Rumple Leed

Indonesia adalah negara tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi, dengan kondisi iklim seperti itu maka tidak mengherankan jika Indonesia merupakan tempat yang sesuai bagi habitat nyamuk, tak terkecuali nyamuk demam berdarah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa penyakit DBD terdiri atas beberapa fase dan penanganan yang semakin lama dapat memperburuk keadaan, sedangkan penanganan dini akan semakin meningkatkan kemungkinan penyembuhan.  
            Salah satu pemeriksaan yang murah yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan rumple  leed. Perinsip utama pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada tidaknya petekie atau bintik-bintik merah yang menjadi tanda adanya pendarahan oleh pembuluh kapiler. Umumnya bila kadar trombosit normal maka petekie tidak terjadi, namun karena pada DBD terjadi penurunan trombosit maka petekie bermanifestasi. Petekie sering muncul pada daerah lengan.

Punksi Vena

Pungsi vena merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai bagi kalangan medis, hal ini dikarenakan punksi vena merupakan suatu keterampilan dalam proses pengambilan darah. Teknik yang tepat akan meminimalkan pengulangan pengambilan dan menurunkan risiko terjadinya hematom, hal ini karena jika dilakukan berulang-ulang pada pasien akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit.


            Dalam melakukan punksi vena ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni persiapan penderita, persiapan alat, pemilihan vena, dan melakukan teknik insersi dengan benar. Persiapan   penderita diperlukan agar pasien merasa nyaman dan tenang, disamping itu kita harus menunjukkan sikap percaya diri dan tidak lupa menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, maksud dan tujuannya serta meminta inform consent dari pasien.

Hemophilia

Hemophilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan factor pembekuan darah yang dapat diturunkan (herediter) secara sex linked recessive pada kromosom x.Namun baru-baru ini terdapat hemophilia akibat gangguan autosomal yakni hemophilia C. Karena hemophilia ini terkait kromosom x maka penderitanya lebih banyak berjenis kelamin laki-laki, dan perempuan sering hanya menjadi carier (membawa gen hemophilia tetapi tidak bermanifestasi klinis/tidak menimbulkan penyakit).

Hemophilia diklasifikasikan menjadi 3 jenis yakni hemophilia A (akibat defisiensi atau disfungsi factor pembekuan VIII), hemophilia B (akibat defisiensi atau disfungsi factor pembekuan IX), dan hemophilia C (akibat defisiensi atau disfungsi factor pembekuan XI). Namun hemophilia A dan B gangguan terjadi pada gonosom/kromosom sex sedangkan pada hemophilia C gangguan terjadi pada autosom/ kromosom tubuh, yakni pada kromosom 4q32q35.

Selasa, 23 Juni 2015

Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi merupkan salah satu penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di Indonesia. Dikatakan bahwa di Indonesia, 16-50% laki-laki dewasa terkena anemia ini, 25-48% untuk wanita tak hamil, dan 46-92% pada wanita hamil. Anemia desiensi besi adalah penyakit yang timbul akibat berkurangya kadar besi dan cadangan besi dalam tubuh sudah kosong sehingga mengurangi pembentukan hemoglobin dan eritropoiesis. Anemia ini termasuk kedalam anemia hipokromik mikrositer.
            Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh beberapa hal, yakni akibat konsumsi makanan yang rendah zat besi, gangguan penyerapan besi, serta kehilangan besi akibat perdarahan. Konsumsi makanan yang mengandung zat besi non-heme, bioavailabilitasnya seingkali rendah, hal ini karena absorbsi besi non-heme dapat dihambat oleh serat dan dipercepat oleh vitamin c. Gangguan absorbsi dapat terjadi pada kondisi gastrektomi, tropical sprue (diare akut-kronik) atau colitis kronik. Kehilangan besi akibat perdarahan dapat berasal dari saluran cerna (tukak peptic, kanker lambung, kanker kolon, infeksi cacing tambang), saluran genitalia perempuan (menorrhagia). Anemia ini juga dapat disbabkan oleh peningkatan kebutuhan besi pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
            Gejala anemia defisiensi besi meliputi gejala umum anemia, gejala khas defisiensi besi, dan gejala penyakit dasar. Gejala umum anemia /sindrom anemia akan muncul jika kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl namun hal ini akan terjadi jika penurunan terjadi secara tiba-tiba, namun bila penurunan Hb terjadi secara perlahan-lahan, gejala baru muncul jika Hb dibawah 6 g/dl , gejalanya berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang dan telinga berdenging. Gejala khas defisiensi besi adalah koilonychias/kuku sendok, atrifi papil lidah, cheilosis, nyeri menelan/disfagia, dan pica. Sedangkan gejala penyakit dasar tergantung pada penyakit yang menyertai anemia tersebut.

Anemia

Anemia adalah salah satu penyakit yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Secara sederhana kita dapat mengartikan anemia sebagai gangguan pada sel darah merah (eritrosit) baik mengenai kualitas ataupun kuantitasnya. Masyarakat sering tidak mengetahui bahwa anemia memiliki beberapa jenis, dan setiap jenisnya memerlukan penanganan yang berbeda. Dengan mengetahui jenis-jenis anemia ini kita akan dapat mengetahui penyebab dan melakukan tindakan pencegahan
Secara morfologi (gambaran bentuk sel darah merah/eritrosit di mikroskop) anemia dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama. Klasifikasi/pembagian ini dibuat berdasarkan ukuran sel eritrosit dan kecerahan warnanya saat dilihat di mikroskop. Kecerahan warna eritrosit akan menunjukkan jumlah hemoglobin (Hb) yang dikandungnya. Istilah yang digunakan untuk menyatakan ukuran eritrosit adalah makrositer (jika ukuran eritrosit membesar), normositer (ukuran eritrositnya normal) dan mikrositer (jika ukuran eritrositnya mengecil). Sedangkan untuk warna terdapat hiperkromik (jumlah Hb meningkat),normokromik (jumlah Hb normal), dan hipokromik (jumlah Hb menurun).

Asam Urat

Asam urat atau gout arthritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang berusia lanjur. Penyakit ini sebenarnya sudah dikenal di dunia sejak abad 3 dan mendapat julukan the king of desease, karena rasa sakit hebat yang ditimbulkannya. Gout arthritis dapat didefinisikan sebagai penumpukan Kristal asam urat sehingga menimbulkan inflamasi yang biasanya terjadi pada bagian perifer tubuh, terutama pada metatarsophalangeal (sendi ibu jari kaki).
Penyakit gout berbeda dengan hiperurisemia, walaupun hiperuresemia dapat berkembang menjadi gout. Walaupun kadar asam urat dalam tubuh meningkat (hiperurisemia), namun bila tidak ada pengkristalan asam urat maka ia tidak dikatakan gout. Asam urat merupakan hasil dari pemecahan purin, yang mana purin ini merupakan komponen penyusun DNA mahluk hidup. Pada kebanyakan mamalia, mereka memiliki enzim uricase sehingga mampu mengolah asam urat menjadi allantoin yang lebih larut dalam air, hanya saja manusia tidak memiliki enzim ini.


Karena gout menyebabkan inflamasi maka ia memiliki kelima tanda cardinal sign yakni tumor berupa tophi, dolor, kalor, rubor berupa eritema, dan gangguan fungsi/function laesa. Diagnosis gout dapat ditegakkan jika terdapat 6 dari 12 kriteria. Ke 12 tanda itu adalah inflamasi maksimal pada hari pertama, serangan arthritis akut >1 kali, arthritis monoartikular, sendi yang terkena berwarna kemerahan, pembengkakan & sakit pada sendi MTP 1, serangan pada sendi MTP unilateral, serangan pada sendi tarsal unilateral, tofus, hiperurisemia, pembengkakan sendi asimetris pada gambaran radiologi, kultur bakteri cairan sendi negative.

Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik termasuk anemia makrositosis merupakan kelainan sel darah merah (eritrosit) dimana terjadi peningkatan volume eritrosit, dan ditandai oleh banyaknya sel immature besar dan disfungsional yang terjadi di sumsum tulang akibat gangguan pada DNA ataupun RNA dalam sintesis sel darah merah (eritropoiesis). Yang mana gangguan ini menyebabkan terganggunya siklus sel dari fase G2 ke fase M. hal ini menyebabkan gangguan pada proliferasi dan difrensiasi sel-sel progenitor sehingga menyebabkan gangguan morfologi sel eritrosit yang terbentuk.
            Penghambatan sintesis DNA dan RNA pada eritrosit sering kali akibat hipovitaminosis, khususnya defisiensi kobalamn (B12) dan asam folat (B9). Defisiensi asam folat akan menyebabkan terhambatnya sintesis basa nitrogen timin sehingga akan mengganggu sintesis DNA. Selain itu asam folat dengan dihidrofolat reductase dipelukan untuk biosintesis nukleotida purin dan pirimidin. B12 diperlukan sebagai koenzim dalam reaksi re-metilasi homosistein untuk membentuk metionin yang diperlukan untuk metilasi DNA.

Dyslipidemia

Lemak/lipid adalah salah satu komponen utana tubuh dan lemak termasuk kedalam makronutrien yang diperlukan sekitar 20-30% dari kebutuhan kalori harian kita. Lipid di dalam tubuh kita berperan sebagai komponen dinding sel, bahan untuk hormone seks (progesterone, estrogen, testosterone), menjaga suhu tubuh, melindungi organ-organ tubuh serta sebagai cadangan energy tubuh kita. Namun bila kadar lipid terlalau berlebihan dalam tubuh maka hal ini akan dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan diabetes militus. Dyslipidemia adalah terganggunya seluruh profil lipid dalam tubuh, yaitu kolesterol, triasilgliserida, HDL, dan LDL.
            Lipid yang sering kita dapat dalam makanan, terdapat dalam bentuk triasilgliserida & kolesterol. Lipid ini akan diserap di dalam usus halus. Namun saat memasuki aliran darah, lipid ini tidak dalam keadaan bebas, melainkan akan diangkut oleh lipoprotein. Lipoprotein terbagi menjadi menjadi 5 yaitu kilomikron, LDL, IDL, VLDL, dan HDL. Walaupun komponen utamanya hanya 3 yaitu kilomikron, LDL, dan HDL, karena IDL dan VLDL sebenarnya adalah pemecahan dari LDL oleh enzim lipoprotein lipase.
            Ketika lipid selesai diabsorbsi di dalam usus halus, triasilgliserida akan diangkut oleh kilomikron untuk dibawa ke hati. Namun karena pada endotel pembuluh darah terdapat enzim lipoprotein lipase, maka kilomikron akan diurai menjadi asam lemak, gliserol, dan kilomikron sisa. Kilomikron sisa inilah yang nanti akan masuk ke hati, sedangkan hasil pemecahan yang lain akan diikat oleh protein plasma terutama albumin(jalur metabolisme eksogen) . Kilomikron akan diuraikan di hati, dan triasilgliserida dilepaskan di hati. Lipid yang ada dihati akan diedarkan keseluruh jaringan tubuh, maka hati membentuk alat transportasi yakni LDL. Karena di endotel memiliki lipoprotein lipase maka sebelum sampai di jaringan, LDL terurai menjadi IDL lalu menjadi VLDL(jalur metabolism endogen). Bila jaringan menerima lipid dalam jumlah berlebih, maka hati akan membentuk HDL untuk membawa kelebihan lipid kembali ke hati (jalur reverse cholesterol transport).